Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... wellness coach

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"First Impression" bagi HRD Itu Bukan Sekedar Penampilan Rapi

20 Juni 2025   17:35 Diperbarui: 21 Juni 2025   15:30 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: "First Impression" bagi HRD. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Dalam lautan artikel di internet yang tak henti-hentinya menyarankan kandidat untuk berpakaian rapi, datang tepat waktu, dan tersenyum, jarang sekali ada yang menyelami apa sebenarnya yang terjadi di benak HRD pada detik-detik pertama perjumpaan. 

Kebanyakan orang berpikir first impression itu semata tentang visual: rambut tertata, kemeja licin, atau sepatu bersih. Tentu, itu penting sebagai syarat awal, sebagai tanda bahwa kandidat menghargai proses dan lawan bicaranya. 

Namun, di balik itu, ada lapisan yang lebih dalam, sebuah sistem penilaian bawah sadar yang bekerja cepat di alam pikiran para HRD.

Aspek first impression yang paling kuat memengaruhi HRD, di luar kerapian fisik, adalah energi dan keyakinan yang terpancar dari seorang kandidat. 

Ini bukan tentang bersikap sok tahu atau terlalu agresif, melainkan sebuah kepercayaan diri yang tenang, kesiapan untuk terlibat, dan optimisme yang tulus. Aku sering menyebutnya "aura" atau "getaran" positif. 

Kandidat mungkin memiliki pengalaman yang minim di atas kertas, namun jika ia masuk dengan energi yang positif dan keyakinan yang terpancar dari sorot mata serta cara ia membawa diri, itu segera menarik perhatianku.

Sebaliknya, seorang kandidat dengan CV cemerlang tapi masuk dengan langkah gontai, pandangan kosong, atau aura pesimis, seringkali membuat alarm kecil berbunyi di benakku.

Saya sebagai HRD sering memfilter kandidat berdasarkan "rasa" atau "firasat" awal ini, dan ada dasar psikologisnya. Otak manusia secara alami mencari keselarasan dan koherensi. 

Ketika ada diskoneksi antara apa yang dikatakan kandidat (misalnya, "Saya sangat bersemangat tentang posisi ini!") dengan bahasa tubuh atau energi yang dipancarkan (misalnya, bahu terkulai, suara pelan, kontak mata yang menghindar), firasat buruk akan muncul.

Saya memproses sinyal-sinyal non-verbal ini secara unconscious. Ini seperti sistem radar internal yang mencoba mencocokkan "profil ideal" yang mungkin tidak tertulis secara eksplisit dalam job description.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »