Musik: Harmoni untuk Mengembangkan Otak Kiri dan Menyeimbangkan Kesehatan Jiwa dan Badan Guru
Sebagai seorang guru, menjalani hari-hari dengan tuntutan mengajar, mengelola kelas, dan menangani berbagai dinamika siswa bisa menjadi tantangan yang menguras energi. Dalam hiruk-pikuk profesi yang mulia ini, menjaga kesehatan jiwa dan badan menjadi hal yang sangat penting.
Salah satu cara yang menarik dan efektif untuk mencapai keseimbangan ini adalah melalui musik. Musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana ampuh untuk mengembangkan otak kiri -bagian otak yang bertanggung jawab atas logika, analisis, dan struktur- serta menyeimbangkan kesehatan mental dan fisik seorang guru.
Kebetulan kami siang tadi di bawah konduktor Ibu Lilik, Kepala Sekolah SMK Karya Rini berlatihh ensemble musik angklung. Awalnya para guru yang mayoritas hanya sebagai penikmat musik (musik Jawa dan musik dangdut) bisa berkolaborasi dengan memainkan alat musik angklung. Sesuatu yang sama sekali baru bisa dipelajari dalam waktu singkat dengan bagus dan berhasil. Kegiatan semacam ini sangatlah positif untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan.
Musik dan Otak Kiri: Mengasah Logika dan Struktur
Otak kiri dikenal sebagai pusat pemikiran analitis, kemampuan berbahasa, dan pemecahan masalah. Bagi seorang guru, fungsi otak kiri sangat penting dalam merancang strategi pengajaran, menganalisis kebutuhan siswa, dan menyusun rencana pelajaran yang terstruktur. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan atau memainkan musik, terutama genre seperti musik klasik atau instrumental, dapat merangsang aktivitas otak kiri. Misalnya, mendengarkan karya-karya Mozart -yang dikenal dengan "Efek Mozart"- dapat meningkatkan konsentrasi dan kemampuan pemecahan masalah logis.
Ketika seorang guru memainkan alat musik, seperti gitar atau piano, otak kiri bekerja untuk mengenali pola nada, ritme, dan struktur lagu. Proses ini melatih kemampuan analitis dan memperkuat memori kerja, yang sangat berguna saat guru harus mengingat materi pelajaran atau merespons pertanyaan siswa secara cepat. Selain itu, aktivitas seperti membaca notasi musik juga melibatkan otak kiri dalam memproses simbol dan urutan, mirip dengan cara otak memproses bahasa atau matematika.
Musik sebagai Penyeimbang Kesehatan Jiwa
Selain mengembangkan otak kiri, musik juga memiliki kekuatan luar biasa untuk menyeimbangkan kesehatan jiwa. Guru sering menghadapi tekanan dari tenggat waktu, ekspektasi tinggi, atau konflik di lingkungan sekolah. Musik dapat menjadi oase ketenangan di tengah badai tersebut. Mendengarkan musik dengan tempo lambat, seperti balada atau musik ambient, dapat menurunkan kadar kortisol -hormon stres- dalam tubuh, sehingga membantu guru merasa lebih rileks dan fokus.
Lebih dari itu, musik juga memungkinkan ekspresi emosi. Seorang guru yang menulis lagu atau menyanyikan lagu favoritnya dapat menyalurkan perasaan yang mungkin sulit diungkapkan secara verbal. Misalnya, menyanyikan lagu-lagu rohani atau lagu yang bermakna pribadi dapat memberikan rasa damai dan memperkuat koneksi spiritual, yang sangat relevan bagi guru Pendidikan Agama Katolik (atau guru mata pelajaran lainnya jika mau). Aktivitas ini merangsang pelepasan dopamin, hormon kebahagiaan, yang meningkatkan suasana hati dan motivasi untuk menghadapi tantangan sehari-hari.
Musik untuk Kesehatan Badan
Kesehatan jiwa yang seimbang juga berdampak pada kesehatan fisik. Musik dapat membantu menurunkan tekanan darah dan detak jantung, yang sering meningkat akibat stres kronis. Seorang guru yang menari mengikuti irama musik ringan atau melakukan latihan pernapasan sambil mendengarkan musik meditatif dapat meningkatkan sirkulasi darah dan relaksasi otot.Â