Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Vice President Procurement EPC dan Investasi PT Nindya Karya, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Kehormatan Diri

7 Juni 2025   09:45 Diperbarui: 7 Juni 2025   09:45 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karyawan Proyek (Gemini Image Generator)

Percakapan Telepon itu masih terngiang jelas ditelinganya.

"Menyingkirlah, jika anda tak mau Kerjasama. Saya sudah berikan anda pilihan, silahkan pergi dan jangan ungkapkan apapun, atau ikut dengan apa yang kami lakukan sekarang. Menjadi bagian kami. Tentukan sikap. Karirmu ada di tangan saya, camkan itu!", suara tegas itu terdengar diujung telepon.

Jantungnya mendadak berdegup kencang. Dilema ini begitu menyiksanya: menuruti kata hati atau mengikuti ajakan atasannya.

Mardi, sang Kepala Proyek di salah satu proyek BUMN sudah memberikannya ultimatum tegas. Barang sisa proyek tidak akan dilaporkan sebagai inventory dan akan dijual kepada salah satu penadah yang berlokasi tak jauh dari proyek mereka.

Jumlahnya lumayan besar dan itu membuat sang kepala proyek tergiur lalu mengajak berkomplot bersama kawan-kawannya yang lain.

"Kamu tinggal tulis saja di laporanmu bahwa tidak ada inventory barang yang tersisa. Semua sudah terpakai. Beres itu, Setyo. Kamu gak usah khawatir. Semua sudah diatur. Kantor pusat juga tak akan tahu. Soal pengangkutan barangnya dari proyek ke lokasi Pak Marta, itu urusan saya. Kamu akan dapat imbalan dari itu Setyo. Lumayan buat nambah biaya pernikahanmu nanti toh?,"ucap Mardi saat menemuinya di salah satu sudut direksi keet proyek.

Mardi terkekeh pelan, seraya menghirup rokoknya dengan angkuh dan percaya diri. Rimbun asapnya mengepul-ngepul dihadapan wajah Setyo.

"Saya takut, pak. Ini kan' sama dengan kita nyolong, apa jadinya kalau sampai ketahuan kantor pusat atau internal auditor kantor yang akan datang memeriksa kita," sahut Setyo dengan bibir bergetar.

"Apa yang kamu takutkan?. Ini barang sisa proyek, bukan hasil nyolong! Sebentar lagi proyek ini akan selesai, kalau kita laporkan barangnya sudah habis tak bersisa, lantas apa masalahnya?. Kantor Pusat atau auditor internal juga tidak akan memeriksanya sedetail itu. Kamu tinggal jalankan apa yang saya perintahkan. Selebihnya tanggung jawab saya. Sudahlah, saya tunggu keputusanmu besok," ujar Pak Mardi dengan nada tinggi sambil berlalu

Setyo menghela nafas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »