Mohon tunggu...
ANDREAS SUPRONO
ANDREAS SUPRONO Mohon Tunggu... Menyukai Kebenaran dan Keadilan

Orang biasa, melihat dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bencana di Pulau Utama (bagian 16)

3 Juni 2025   10:45 Diperbarui: 3 Juni 2025   11:41 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bencana di Pulau Utama_bagian 16.(sumber:pexels.com)

Disclaimer, untuk semua karya fiksi saya: "Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan kejadian adalah hasil imajinasi penulis. Jika ada kesamaan dengan kejadian atau tokoh nyata, itu hanyalah kebetulan semata."

16. Sabtu, 12.30 WIB, Sumur Panguripan

Siang itu, Sang Nata Gending VII, siram (mandi). Cuaca memang sangat panas, ditambah tidak ada angin yang bertiup.

'lebih baik mandi', Sang Nata bergumam.

Hari Sabtu, Sang Nata libur dari aktivitas pemerintahan. Sang Nata menjabat gubernur Kota Madya Gending sekaligus. Hanya, pada hari sabtu, pemerintahan libur. Sang Nata beristirahat di rumahnya, keraton Kota Madya Gending. 

Hari ini pikiran Sang Nata agak terganggu. Ia memilih untuk menenangkan batin. Di Sumur Panguripan, ia berdoa. Biasanya, dengan begitu, pikirannya akan tenang kembali. Namun hari ini lain. Ia kemudian beringsut, berjalan lewat anak tangga yang melingkar lingkar menuju ke atas, di bubungan bangunan. Di atas bubungan bangunan ini, Sang Nata dapat melihat pemandangan seluruh wilayah Kota Madya Gending. Dari pucuk Gunung Pokok Pertama, sampai batas pesisir dengan laut selatan, semuanya terlihat dengan jelas. Ditambah siang itu cuaca cerah.

Sejenak Sang Nata berdiam diri di sana. Dirasakannya sensasi pemandangan di bawah tempat ia berdiri. Ada rasa kagum, bangga. Sekilas pikirannya melayang mundur ke waktu di mana kota Gending berawal. Dari sebuah hutan. Penuh dengan kiasan, pemikiran mendalam. Tata letak daerah. Gunung. Kota. Laut. Masyarakatnya. Sejarah perjuangannya. Sampai pada ketercapainnya pada hari ini; kota Gending yang tidak se-lengang dulu. Teras Gending, jalur wisata niaga yang penuh sesak pedagang pembeli wisatawan, dan keraton, keraton pun sebagian telah dijadikan obyek wisata penuh sesak pelancong, kampus, mall, hotel, perumahan, belum lagi jalan jalan yang penuh dengan motor dan mobil. Sesak. Padat.

Namun alam tidak berubah. Gunung Pokok Pertama tetap di tempatnya. Pesisir laut kidul tetap di tempatnya, pegunungan yang mengelilingi Kota Madya Gending baik yang sebelah barat maupun yang sebelah timur, tetap di tempatnya. Langit tetap di atas, tanah tetap di bawah. Namun, apakah benar demikian?

Sang Nata menghela nafas, beringsut kembali turun dari bubungan. Sang Nata menuju ke kamarnya. Dibukanya laptop. Dibukanya mesin pencari mbah Google. Ia mencari sesuatu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »