Beberapa dari kita mungkin pernah menjadi korban perundungan (bullying), atau justru dengan sadar atau tidak pernah menjadi pelakunya. Bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, bisa saja saat kita sedang berada di luar. Namun, bagaimana jika suatu hari kita dipertemukan kembali oleh orang yang pernah kita sakiti di masa lalu? Dengan rasa dendam yang belum surut.
Pertemuan macam ini seringkali tidak terduga, di taman, tempat wisata, bahkan jalan raya sekalipun. Situasi yang canggung, emosional, bahkan menyakitkan, dirasakan sebagai korban. Tapi di sisi lain, bisa juga menjadi titik awal sebuah penyadaran dan penyebuhan.
Bullying bukan hanya soal fisik, tapi banyak kasus bullying secara verbal dan sosial justru lebih menyakitkan karena meninggalkan luka batin: kehilangan rasa percaya diri, takut bersosialisasi, hingga trauma jangka panjang.
Bagi korban, bertemu kembali dengan pembully-nya bisa memunculkan kembali rasa takut, marah, bahkan sedih yang sudah lama dipendam. Tapi bisa juga menjadi momen penting untuk bersuara untuk membela bahwa dirinya tidak salah.
Menariknya, tidak sedikit seorang pembully yang sebenarnya merasa menyesal ketika dewasa. Banyak dari mereka mengakui bahwa tindakan mereka dulu muncul karena kurangnya rasa empati, menyimpan masalah pribadi. Namun, rasa malu dan takut membuat mereka tidak tau bagaimana caranya untuk meminta maaf.
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika kamu mengalami situasi ini:
- Kalau kamu korban: tidak perlu memaksakan diri untuk memaafkan, kamu berhak atas semua rasa sakit, tapi kalau merasa aman dan siap, ga ada salahnya bicara dari hati ke hati kalau itu bisa bantu kamu sembuh
- Kalau kamu pelaku: Jangan menunnggu kesempatan untuk minta maaf, akui bahwa kamu salah. Minta maaf bukan soal malu tetapi soal rasa tanggung jawab.
Dunia luar adalah tempat bertumbuh, momen bertemu banyaknya orang termasuk mereka yang hadir di masa lalu, semua berjalan sebagai proses kedewasaan. Tidak semua orang bisa berubah, tidak semua luka pula bisa sembuh. Tapi hal paling penting adalah kita yang mau belajar dari masa lalu.
Karena pada akhirnya, menjadi dewasa bukan hanya soal baik buruk, tapi bagaimana menjadi manusia yang menghargai sesama manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI