Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

AI, Penyelamat Skripsi atau Jalan Pintas Menuju Plagiarisme?

20 Juni 2025   07:17 Diperbarui: 20 Juni 2025   07:17 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh : Darto + tool AI

Kecerdasan artifisial(AI) telah menjadi bagian integral dari dunia akademik, termasuk dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa perguruan tinggi. Teknologi ini menawarkan kemudahan dalam menyusun teks, menganalisis data, dan mengelola referensi, namun juga memunculkan dilema etis seperti risiko plagiarisme dan hilangnya orisinalitas karya.

Artikel ini bertujuan untuk menyajikan kontradiksi penggunaan AI dalam pembuatan skripsi, mengeksplorasi manfaat dan tantangannya, serta mengusulkan strategi penggunaan yang bertanggung jawab. Ditujukan kepada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dosen pembimbing, dan pejabat pemerintah yang merumuskan regulasi pendidikan tinggi, artikel ini mengupas isu ini dalam konteks Indonesia untuk mendukung integritas akademik sekaligus memanfaatkan inovasi teknologi.

Kecerdasan artifisial(AI) dalam konteks penulisan skripsi merujuk pada teknologi yang mampu menjalankan tugas-tugas intelektual, seperti menyusun teks, menganalisis data, atau mencari referensi ilmiah. Berbagai alat AI, seperti model bahasa ChatGPT untuk menghasilkan draf awal, Grammarly untuk memperbaiki tata bahasa, Mendeley berbasis AI untuk mengelola referensi, dan perangkat lunak analisis data seperti SPSS yang diperkaya AI, kini banyak digunakan mahasiswa.

Berbeda dengan alat konvensional seperti pengolah kata, AI memiliki kemampuan otomatisasi cerdas yang menyesuaikan saran dengan kebutuhan pengguna, sehingga meningkatkan efisiensi dan akurasi penulisan. Dalam skripsi, AI berperan dalam menyusun struktur penulisan, memperbaiki gaya bahasa, mempermudah pencarian literatur, dan mendeteksi plagiarisme. Namun, penggunaannya harus terbatas sebagai alat pendukung agar tidak menggantikan proses berpikir kritis mahasiswa, demi menjaga integritas akademik.

Evolusi teknologi dalam penulisan akademik dimulai dari penggunaan pengolah kata sederhana pada 1980-an hingga kemunculan AI generatif pada dekade 2020-an. Secara global, universitas di negara maju seperti Amerika Serikat telah mengadopsi AI untuk mendukung penelitian mahasiswa, misalnya melalui platform QuillBot untuk parafrase teks.

Di Indonesia, tren ini terlihat dari meningkatnya penggunaan ChatGPT dan Grammarly oleh mahasiswa, terutama sejak pandemi COVID-19 yang mempercepat digitalisasi pendidikan. Pendorong utama penggunaan AI adalah tekanan waktu untuk menyelesaikan skripsi, kompleksitas tugas penelitian, dan ketersediaan alat AI yang mudah diakses, baik gratis maupun berbayar. Meski demikian, tanpa pedoman yang jelas, tren ini memicu kekhawatiran tentang penyalahgunaan, terutama di perguruan tinggi Indonesia yang masih merumuskan kebijakan terkait AI (Kompasiana, "Dampak ChatGPT terhadap Karya Ilmiah Mahasiswa", 2023, https://www.kompasiana.com/artikel/dampak-chatgpt).

Penggunaan AI dalam pembuatan skripsi memberikan kemudahan yang signifikan bagi mahasiswa. Teknologi ini mempercepat penyusunan draf awal, pencarian referensi melalui platform seperti Google Scholar, dan analisis data kuantitatif, memungkinkan mahasiswa untuk fokus pada analisis mendalam. Alat seperti Grammarly membantu memperbaiki tata bahasa dan koherensi teks, sementara model bahasa AI menawarkan saran struktur penulisan yang lebih terorganisir, meningkatkan kualitas tulisan.

AI juga memungkinkan personalisasi proses penulisan dengan memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan topik skripsi, seperti template bab atau referensi relevan. Selain itu, algoritma AI mempermudah akses ke artikel jurnal, memperkaya literatur yang digunakan. Sebagai ilustrasi, seorang mahasiswa di Universitas Indonesia berhasil menyelesaikan skripsi lebih cepat dengan menggunakan Mendeley untuk mengelola referensi dan Grammarly untuk memoles tulisannya, tanpa melanggar etika akademik. Pengalaman ini menunjukkan potensi AI sebagai alat pendukung yang efektif jika digunakan secara.

Meskipun menawarkan kemudahan, penggunaan AI dalam skripsi menghadirkan sejumlah tantangan serius. Secara etis, penggunaan AI untuk menghasilkan teks utuh berisiko dianggap plagiarisme, terutama jika mahasiswa tidak mengutip atau memverifikasi sumber. Alat seperti Turnitin kini mampu mendeteksi konten buatan AI, meningkatkan risiko sanksi akademik.

Konten yang dihasilkan AI juga cenderung generik, mengurangi keunikan penelitian dan nilai akademik skripsi. Selain itu, AI yang dilatih dengan data global dapat menghasilkan informasi yang bias atau tidak akurat dalam konteks lokal Indonesia, misalnya dalam analisis budaya atau bahasa. Kesenjangan akses teknologi menjadi hambatan lain, karena mahasiswa di daerah terpencil sering kekurangan internet stabil atau alat AI premium, memperlebar ketimpangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »