Mohon tunggu...
Ferry Irawan suyitno
Ferry Irawan suyitno Mohon Tunggu... rakyat biasaa

penikmat kopi, rokok kretek, buku, senja dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

TIDAK SEMUA PEREMPUAN SUKA DENGAN SASTRA: tapi banyak dari mereka yang ingin Dirayu dengan puisi

27 Juni 2025   17:18 Diperbarui: 27 Juni 2025   17:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto sebuah puisi. sumber: google (chat gpt AI) 

  Menuliskan bait demi bait puisi dengan pena di atas kertas serasa melukis perasaan tersendiri. Puisi romantis memang "memiliki daya tarik yang besar untuk merayu gebetan" karena mampu menyuarakan rasa yang sulit dilantunkan sehari-hari. Kelembutan kata dan metafora dalam puisi membuat cinta terasa istimewa; bahkan dikatakan puisi romantis "mampu membuat gebetan merasa istimewa" karena menunjukkan perhatian lebih dari sekadar ungkapan biasa. Dalam keheningan tinta di malam hari, ungkapan-ungkapan puitis itu mengalir lembut, membuat hati yang membaca ikut bergetar. 

*Sastra atau Gombal?  Tidak semua perempuan masa kini tergoda dengan rayuan puitis. Bahkan media hiburan menegaskan, "Cewek jaman sekarang sudah tak terlalu suka dirayu dengan puisi... bahkan tak sedikit pula yang menganggap hal itu sudah basi". Artinya, pendekatan romantis tradisional kadang dianggap kuno di era sekarang. Banyak perempuan lebih menghargai kejujuran tindakan dan perhatian nyata daripada kata-kata manis. Namun, sikap skeptis ini bukan berarti perasaan romantis hilang; kata-kata puitis mungkin harus ditemani kejujuran lain agar benar-benar menyentuh.

 * Puisi di Era Digital. Di zaman di mana chat singkat dan emoji mendominasi percakapan, sentuhan klasik surat cinta tertulis masih punya pesona. Para generasi muda bahkan membentuk komunitas puisi online, "berbagi karya melalui blog, media sosial, dan situs web khusus puisi". Teknologi justru membawa puisi ke level baru: kini banyak kreasi puisi visual yang menggabungkan kata dengan gambar dan audio. Dengan cara ini, ungkapan cinta tak lagi hanya lewat SMS atau emoji hati, melainkan terpatri lewat foto, video, atau animasi pendek yang membungkus kata-kata romantis. Meskipun format berubah, esensi keindahan kata tetap dicari -- Gen Z mungkin tidak banyak membaca novel tebal, namun mereka tetap mendambakan bait-bait manis untuk merasakan keistimewaan hubungan. 

* Inspirasi dari Para Penyair dan Budaya Keindahan puisi terasa sejak zaman dahulu kala. Penyair Indonesia ternama pun menunjukkan kekuatan kata-kata sederhana. Sapardi Djoko Damono misalnya menulis bait singkat "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..." sebagai gambaran cinta tulus tanpa hiasan berlebihan. Begitu pula W.S. Rendra merajut kerinduan lewat baris "Wahai, rembulan yang bundar, jenguklah jendela kekasihku!", menghidupkan suasana malam penuh harap. Bahkan sastrawan dunia seperti William Shakespeare pernah merayu kekasihnya dengan kalimat "Thou art more lovely and more temperate" dalam Soneta 18. Kutipan-kutipan inspiratif ini mengingatkan kita bahwa di balik kesederhanaan puisi tersimpan keindahan dan kehangatan emosi, tidak peduli apakah ia ditulis di atas kertas usang atau dibagikan lewat layar ponsel. 

intinya adalah: bukan berarti perempuan ingin diboongi atau diperlakukan secara klise. Mereka menghargai kata-kata romantis yang tulus dan menyentuh. Novel atau teori sastra mungkin tak selalu jadi kesukaan, tetapi bait-bait cinta yang menggugah masih punya daya magis. Puisi itu ibarat nada yang merdu dalam keramaian, mampu melambai lembut ke hati yang tepat. Di era modern, di mana segala serba cepat, nyanyian kata-kata puitis ini justru menjadi momen melambat dan mengapresiasi cinta---mengingatkan kita bahwa di dunia serba digital, romantisme klasik tetap punya tempat istimewa.

 

foto laki-laki yang sedang merayu perempuan. sumber: google AI CHAT GPT.
foto laki-laki yang sedang merayu perempuan. sumber: google AI CHAT GPT.

Di era story yang cuma 24 jam, FYP yang berganti tiap lima menit, dan chat yang kadang pending karena sinyal ilang, siapa sih yang masih sempet baca puisi panjang-panjang? Apalagi karya sastra yang bahasanya kadang ribet kayak soal ujian nasional. Tapi anehnya, meskipun nggak semua perempuan suka karya sastra, banyak di antara mereka yang tetep luluh kalau dirayu pakai kata-kata puitis. Nggak percaya? Coba aja. Karena sesungguhnya, sekeras apa pun hati perempuan, tetap ada sudut kecil yang suka diperlakukan spesial. Bukan dengan barang mahal, bukan juga gombalan murahan. Tapi lewat kalimat sederhana yang tulus, kayak: "Aku nggak tahu caranya jadi pahlawan, tapi aku tahu gimana caranya nemenin kamu lewatin hari-hari berat." Siapa coba yang nggak senyum denger kayak gitu? Oke, realistis aja deh. Nggak semua cewek betah baca puisi Chairil Anwar atau sajak-sajak jadul yang bahasanya kayak kamus zaman Majapahit. Banyak yang lebih milih scrolling TikTok sampai lupa waktu, nonton drama Korea sampai pagi, atau sekadar rebahan dengerin lagu galau. 

Sastra itu kayak kopi hitam tanpa gula --- nggak semua suka. Tapi buat yang ngerti rasanya, itu nagih. Anehnya, saat kata-kata puitis itu dirangkai khusus buat dia, hati siapa sih yang nggak leleh? Karena perempuan itu, sesimpel apa pun gayanya, tetap suka dimengerti. Dan lewat puisi, kita bisa ngomong banyak hal tanpa kedengeran lebay. Contohnya: "Kamu nggak perlu jadi sempurna. Cukup jadi kamu, yang tiap detiknya bikin aku penasaran pengen kenal lebih jauh." Ciee... baper ya bacanya? Puisi Itu Bukan Soal Sastra, Tapi Soal Rasa Salah besar kalau kamu mikir puisi itu cuma buat anak sastra. Sekarang, semua orang bisa bikin puisi asal tulus. Nggak perlu diksi berat atau gaya bahasa kayak di novel klasik. Kadang, puisi paling manis itu lahir dari hal sederhana. Kayak chat random di tengah malam: "Aku tahu besok kamu capek, tapi aku yakin kamu bisa. Jangan lupa makan ya." Itu juga puisi, versi paling jujur dan paling ngena. 

Aku nggak pandai bikin puisi, nggak bisa nulis kata-kata manis kayak di buku sastra klasik. Aku cuma tau, setiap liat kamu senyum, dunia rasanya kayak berhenti sebentar buat ngasih aku waktu, buat nikmatin detik itu. Aku nggak paham diksi-diksi berat, tapi aku paham rasanya kangen. Kangen denger kamu cerita receh soal hari ini, tentang drama Korea yang ending-nya ngeselin, atau temen kamu yang tiba-tiba ghosting. Aku cuma manusia biasa, yang kalau lihat kamu sedih, pengen langsung bilang: "Sini, cerita aja, aku dengerin sampe kamu lega." Aku nggak minta jadi segalanya buat kamu. Cukup jadi alasan kamu senyum pelan di sela-sela sibukmu. Cukup jadi seseorang yang kamu inget, waktu hujan turun dan kamu lupa bawa payung. Karena katanya, perempuan nggak selalu suka sastra, tapi jarang bisa nolak kalau hatinya dirayu dengan rasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »