Tim nasional sepak bola Indonesia kembali mengukir sejarah dalam perjalanan mereka di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tim Garuda berhasil melangkah ke putaran keempat---sebuah pencapaian monumental yang menjadi tonggak baru dalam perjalanan sepak bola nasional.
Nama Ole Romeny, striker berdarah Belanda, mencuat sebagai pahlawan utama dalam keberhasilan ini. Dengan gol-gol krusial yang ia cetak selama fase grup, Romeny menyamai rekor legendaris milik Ilham Jayakesuma, yang telah bertahan selama 20 tahun. Lebih dari sekadar angka, prestasi ini mencerminkan kebangkitan kolektif sepak bola Indonesia di bawah arahan pelatih anyar, Patrick Kluivert.
Dalam pertandingan terakhir putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung pada 5 Juni 2025, Timnas Indonesia menaklukkan China dengan skor 1-0 di Gelora Bung Karno. Gol semata wayang dicetak oleh Ole Romeny dari titik penalti. Kemenangan ini membawa Indonesia menempati posisi tiga besar di Grup C, memastikan tempat di putaran keempat, mengikuti jejak tim-tim besar Asia seperti Jepang dan Korea Selatan.
Berdasarkan format baru FIFA, Asia mengirim 8,5 kuota ke Piala Dunia 2026, sehingga peluang tim-tim seperti Indonesia untuk lolos terbuka lebih lebar dibandingkan edisi sebelumnya.
Lahir di Belanda dan memulai karier profesional di Eredivisie, Ole Romeny resmi menjadi WNI pada awal 2025. Keputusan PSSI untuk menaturalisasi Romeny mendapat sorotan luas, tetapi pemain ini menjawab keraguan dengan penampilan impresif.
Selama tiga pertandingan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Romeny mencetak gol---mencapai pencapaian yang sebelumnya hanya diraih oleh Ilham Jayakesuma saat Kualifikasi Piala Dunia 2006. Dengan gol ke gawang Vietnam, Filipina, dan China, Romeny mencatatkan namanya dalam buku sejarah sebagai pemain kedua Indonesia yang mencetak gol dalam tiga laga kualifikasi beruntun.
Namun, tak seperti Jayakesuma yang bermain di era liga lokal, Romeny membawa pengalaman dan kecepatan khas sepak bola Eropa yang kini menjadi bagian penting dari strategi menyerang Garuda.
Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala timnas Indonesia menggantikan Shin Tae-yong menjadi salah satu keputusan paling strategis PSSI tahun ini. Mantan bintang FC Barcelona dan timnas Belanda itu datang membawa filosofi sepak bola modern: penguasaan bola tinggi, pressing ketat, dan struktur pertahanan yang rapi.
Kluivert membawa pendekatan yang membangkitkan kepercayaan diri para pemain muda Indonesia, termasuk Marselino Ferdinan, Nathan Tjoe-A-On, Ivar Jenner, hingga Rendy Juliansyah. Pemain-pemain diaspora seperti Romeny, Rafael Struick, dan Jay Idzes juga bersinar dalam sistem yang lebih terorganisasi.
Kombinasi antara pelatih kelas dunia dan regenerasi skuad telah membentuk timnas yang bukan hanya kompetitif di ASEAN, tapi juga mulai diperhitungkan di Asia.