Tentunya kita masih ingat ketika guru diharuskan mengikuti berbagai webinar yang diadakan oleh berbagai komunitas belajar. Dimana guru begitu mudah mengikuti webinar dan memperoleh sertifikat sebagai salah satu penilaian pengembangan kompetensi. Menjamurnya berbagai komunitas belajar baik tingkat sekolah, antar sekolah maupun level yang lebih luas lagi.
Seperti yang kita pahami bersama bahwa komunitas belajar guru merupakan wadah bagi para pendidik untuk saling berbagi ilmu, berdiskusi, dan meningkatkan kompetensi secara bersama-sama. Komunitas ini sangat penting karena guru juga perlu terus belajar agar bisa mengikuti perkembangan zaman dan menjawab tantangan pendidikan. Namun kenyataannya banyak komunitas belajar guru saat ini mengalami "mati suri" tidak aktif, sepi kegiatan atau hanya formalitas.
Di awal tahun ini pemerintah secara resmi menghapus aplikasi pengelolaan kinerja dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM). Hal itu membuat guru tidak diwajibkan kembali mengumpulkan bukti dukung berupa sertifikat mengikuti yang diadakan oleh komunitas belajar. Hal ini membuat semangat guru dalam mengikuti berbagai komunitas belajar menurun. Apa lagi mulai tahun ini Platform Merdeka Mengajar ini sedang mengalami transformasi menjadi aplikasi Rumah Pendidikan. Dimana PMM tidak lagi menjadi platform yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian integral dari ekosistem pendidikan yang lebih luas.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya motivasi dan waktu. Banyak guru merasa terlalu sibuk dengan tugas administratif, mengajar, dan kegiatan lainnya, sehingga tidak sempat ikut komunitas. Padahal, komunitas belajar bisa membantu guru menyelesaikan tantangan di kelas dengan cara berbagi pengalaman dan strategi pembelajaran.
Salah satu penyebab adalah komunitas tidak dikelola dengan baik. Sudah tidak adanya koordinasi antara pengelola, tidak terjadwalnya secara rutin sampai tidak jelasnya tujuan diadakannya. Sehingga kegiatan komunitas belajar menjadi membosankan atau dianggap tidak penting. Terkadang guru hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tanpa semangat untuk benar-benar belajar. Selain itu beberapa guru merasa komunitas belajar hanya menambah beban bukan menjadi solusi. Hal ini terjadi jika kegiatan komunitas tidak relevan dengan kebutuhan mereka di kelas.
Agar komunitas belajar guru tidak mati suri perlu ada perubahan pendekatan. Kegiatan harus dibuat lebih menarik, relevan dan langsung menyentuh kebutuhan di lapangan. Kepemimpinan komunitas juga harus kuat dan inspiratif. Dukungan dari sekolah dan pemerintah sangat dibutuhkan baik dalam bentuk waktu, fasilitas, maupun penghargaan. Komunitas belajar guru seharusnya menjadi ruang aman untuk tumbuh bersama. Jika dikelola dengan baik karena komunitas ini bisa menjadi motor perubahan pendidikan di sekolah dan daerah masing-masing.
Penulis guru Pendidikan Pancasila di SMPN 42 Jakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI