Mohon tunggu...
ikemiftahulkhusna
ikemiftahulkhusna Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Ike Miftahul khusna seorang mahasiswa ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

mati lampu saat Magrib: Ujian Kesabaran dalam Gelap":

28 April 2025   18:23 Diperbarui: 28 April 2025   18:23 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya ilustrasi

Magrib adalah salah satu waktu yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi masyarakat yang menjalankan ibadah. Saat adzan berkumandang, biasanya lampu-lampu mulai dinyalakan, aktivitas keluarga bertambah ramai, dan suasana berubah menjadi lebih hidup. Namun, bagaimana jadinya jika pada saat magrib tiba-tiba listrik padam? Kondisi tersebut sering kali menimbulkan suasana kacau, cemas, dan menjadi ujian tersendiri bagi kesabaran.

Mati lampu saat magrib menguji ketenangan banyak orang. Gelap yang mendadak menciptakan rasa tidak nyaman, terutama bagi anak-anak dan lansia. Aktivitas yang biasanya berjalan lancar, seperti sholat berjamaah, makan malam, atau belajar, tiba-tiba terganggu. Banyak orang merasa panik, mencari sumber cahaya alternatif seperti lilin atau senter, dan ada juga yang langsung mengeluh terhadap keadaan.

Di sisi lain, mati lampu saat magrib sebenarnya menawarkan momen refleksi yang jarang kita sadari. Dalam kegelapan itu, kita belajar untuk menghargai hal-hal kecil yang sering kita anggap biasa, seperti nyala lampu atau kemudahan teknologi. Mati lampu memaksa kita untuk berhenti sejenak dari rutinitas dan memikirkan kembali tentang ketergantungan kita pada kenyamanan modern.

Selain itu, suasana gelap di waktu magrib juga menjadi peluang untuk mempererat hubungan keluarga. Saat listrik padam, obrolan ringan dengan anggota keluarga, bercengkrama sambil menyalakan lilin, atau bahkan melanjutkan ibadah bersama dalam gelap dapat menciptakan kedekatan emosional yang lebih kuat. Kesempatan seperti ini kadang-kadang justru membawa kehangatan yang tak tergantikan.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa mati lampu saat magrib juga bisa menimbulkan masalah serius. Bagi keluarga yang memiliki anggota yang sakit atau bayi kecil, mati lampu bisa berarti ancaman. Pendingin ruangan yang mati, alat medis yang terganggu, atau ketidakmampuan untuk melihat dengan jelas meningkatkan risiko kecelakaan domestik. Oleh sebab itu, kesiapsiagaan menghadapi mati lampu menjadi hal penting.

Sebagai bentuk antisipasi, banyak keluarga kini menyiapkan senter, lilin, atau lampu emergency di tempat-tempat strategis rumah. Selain itu, menjaga daya baterai ponsel dan powerbank tetap penuh sebelum magrib bisa menjadi langkah sederhana namun sangat berguna. Kesiapan ini menunjukkan pentingnya manajemen risiko bahkan untuk kejadian sehari-hari seperti mati lampu.

Mati lampu juga dapat menjadi pelajaran sabar bagi kita. Alih-alih marah atau panik, kita diajak untuk menerima keadaan, berusaha menyesuaikan diri, dan tetap menjalankan aktivitas dengan keterbatasan yang ada. Dalam konteks spiritual, ini menjadi momen untuk meningkatkan keikhlasan dan rasa syukur atas nikmat-nikmat yang sering terlupakan.

Dari sudut pandang sosial, mati lampu saat magrib pun mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas. Tetangga yang saling membantu, menawarkan lilin, atau mengundang untuk bersama-sama sholat di satu tempat yang cukup terang, menunjukkan bahwa dalam kesulitan, persaudaraan tetap hidup. Gelap bukan alasan untuk menjauhkan diri, justru menjadi kesempatan untuk berbagi.

Pada akhirnya, mati lampu saat magrib mengajarkan kita banyak hal tentang kesabaran, adaptasi, dan kebersamaan. Dalam kegelapan fisik, justru cahaya hati dan nilai-nilai kemanusiaan dapat bersinar lebih terang. Kita belajar bahwa dalam setiap keterbatasan, selalu ada hikmah yang bisa kita petik jika kita mau melihatnya dengan hati yang lapang.

Momen mati lampu di waktu magrib memang mengganggu, namun ia juga memberi pelajaran berharga. Dengan kesabaran, kesiapsiagaan, dan rasa syukur, kita tidak hanya mampu bertahan dalam kegelapan, tetapi juga menemukan cahaya yang sejati---cahaya ketenangan, kebersamaan, dan keikhlasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »