Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rindu Pulang Kampung dan Pesona Festival Budaya Riau; Antara Tradisi, Wisata, dan Harapan

4 Juli 2025   18:56 Diperbarui: 4 Juli 2025   18:56 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gamba ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 


Suara genderang bergemuruh sejak subuh. Di langit Bagan Siapiapi, aroma dupa sudah tercium kuat, membawa pengunjung ke suasana yang terasa magis dan khidmat. 

Seorang ibu dari Malaysia memeluk anak lelakinya yang baru pertama kali menyaksikan Bakar Tongkang, dengan mata berkaca-kaca. "Kamu harus tahu ini... di sinilah nenekmu dulu dibesarkan," katanya.

Setiap tahun, Riau menjadi panggung kerinduan dan kebanggaan, ketika berbagai festival budaya digelar. Bukan hanya untuk ditonton, tapi untuk dihidupi kembali oleh mereka yang telah lama tinggal jauh dari kampung halaman. 

Bagi para perantau dan diaspora, dari berbagai daerah Indonesia dan manca negara, inilah momen pulang yang sesungguhnya --- pulang pada akar, pada cerita masa kecil, pada diri mereka sendiri.

Namun, di balik meriahnya festival-festival itu, tersimpan tantangan besar: bagaimana menjadikannya sebagai destinasi wisata unggulan tanpa kehilangan makna, dengan sarana dan prasarana yang memadai?

1. Bakar Tongkang: Api yang Menyala dalam Ingatan

Bagan Siapiapi yang dulunya pelabuhan ikan terbesar kedua di dunia, kembali hidup tiap bulan Juni. Ribuan warga Tionghoa dari seluruh Indonesia, Singapura, Malaysia, bahkan Taiwan datang dengan satu tujuan: menyaksikan tongkang---perahu kayu besar---dibakar di tengah kota.

Prosesi ini bukan tontonan semata. Ia adalah simbol tekad leluhur yang memutuskan untuk tinggal di tanah Melayu ini, tanpa niat kembali ke Tiongkok. 

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Ketika lidah api menjilat layar perahu, para pengunjung menahan napas---bukan karena takut, tapi karena tersentuh. Ini bukan hanya pembakaran kayu, ini adalah pembakaran rindu.

Masalahnya? Dengan pengunjung mencapai 70--80 ribu orang, Bagan Siapiapi sering kewalahan. Jalan sempit, penginapan terbatas, toilet umum minim, dan tidak ada sistem transportasi pendukung. Padahal, festival ini memiliki potensi besar menjadi ikon wisata budaya Asia Tenggara.

2. Pacu Jalur: Kejayaan dari Sungai Kuantan

Bayangkan 40-an perahu panjang---berukir indah, berpenumpang 50 orang---melaju kencang di Sungai Batang Kuantan. Sorak-sorai penonton terdengar hingga berkilometer, drum dan gong memacu adrenalin, dan bendera desa berkibar penuh bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »