Transparansi Managemen Keuangan Keluarga
Oleh Muhammad Julijanto
Masalah keuangan keluarga merupakan masalah mendasar. Operasional kebutuhan keluarga harus diatur dengan prioritas, tidak asal belanja yang tanpa perencanaan, karena akan berdampak kesulitan dalam bergerak dan leluasa dalam menjalankan aktivitas.
Komunikasi yang seimbang dan nyaman antara pasangan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga sangat penting perannya. Bahkan ini menjadi akar masalah keluarga. Banyak keluarga muda tumbang hanya masalah keuangan. Usia pernikahan seumur jagung sudah dililit hutang yang menyebabkan percekcokan. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, banyak pasangan gagal membangun kebersamaan, karena mereka tidak punya titik kesepakatan masalah uang masuk dan uang keluar dan siapa yang mengelola, serta mengendalikan keuangan keluarga (Muhammad Julijanto, Masrkhin, Kholis, 2015).
Setiap pasangan punya waktu untuk berproses, bagaimana membangun kesepakatan bersama dan jangan memutuskan masalah keuangan secara sepihak. Sehingga mereka mengelola keuangan bersama dengan transparan.
Terutama dalam musim kegiatan sosial yang luar biasa padat. Pada musim hajatan, banyak keluarga yang menyelenggarakan hajatan baik itu mantu atau menikahkan putra putrinya, maupun khitanan untuk anak laki-laki. Sementara yang terkait dengan besuk orang sakit atau jagong kelahiran, tidak bisa ditunda, karena itu di luar perencanaan yang harus disiapkan sebagai cadangan dana sosial kemasyarakatan. Demikian juga meninggalnya sanak saudara atau keluarga dekat dan tetangga dan handai tolan.
Tip Managemen Keuangan
Keuangan keluarga bersumber dari pendapatan rutin yang bisa berasal dari gaji. Baik sumber gaji dari suami maupun istri sebagai pencari nafkah utama. Kalau suami sebagai pencari nafkah utama, maka segala keuangan bersumber pendapatan suami, baik pendapatan bulanan melalui gaji, pendapatan suami berupa tunjangan pokok, tunjangan profesi, tunjangan kinerja, tunjangan hari raya, tunjangan gaji 13 dan kegiatan suami yang merupakan pendapatan halal dari hasil kreativitas dan aktivitas sampingan karena skill dan keahlian tertentu. Seperti mempunyai hobi yang mampu dikembangkan menjadi sumber pendapatan lain yang dapat menunjang kebutuhan keluarga.
Sumber pendapatan dari usaha yang dijalankan, kalau kita punya banyak usaha yang dijalankan bisa menghasilkan pendapatan harian, mingguan, bulanan, tahunan dan 2 tahunan dan lain-lain, maka pengelolaannya tentu akan lebih cermat. Jangan sampai modal usaha yang untuk menjalankan usaha, karena untung besar digunakan semuanya pada saat itu, yang berdampak tidak menjalankan usaha karena modalnya dimakan untuk kebutuhan konsumsi.
Demikian juga kalau kita mengelola usaha pertanian dan peternakan yang biasa saja hasil panen harian, bila sudah berjalan sekian tahun, sehingga tidak memulai dari nol. Tentu akan sangat memperhatikan mana yang modal usaha, dan mana yang keuntungan yang bisa digunakan sebagian sebagai pemenuhan kebutuhan harian atau keperluan yang mendesak, asal modal usaha jangan sampai dimakan untuk konsumtif. Agar usaha berikutnya bisa berjalan stabil. Prinsipnya segala keinginan harus dikendalikan jangan sampai mumpung hasil panen melimpah dan penggunaannya tidak memperhatikan kelanjutan usaha yang dijalankan. Apa artinya untung besar bila tidak mampu mengelola dan mengembangkan usahanya lebih baik lagi di masa yang akan datang.