Mohon tunggu...
muhammad khairuddin
muhammad khairuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Selalu optimis untuk melangkah maju Lebih baik mencoba tapi gagal dari pada tidak sama sekali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

pencegahan bulyying di sekolah

29 Juni 2025   23:59 Diperbarui: 29 Juni 2025   22:58 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan 

   Bullying atau perundungan di lingkungan sekolah menjadi permasalahan serius yang berdampak negatif terhadap perkembangan psikologis dan sosial peserta didik. Tindakan bullying dapat berupa kekerasan fisik, verbal, psikologis, maupun dalam bentuk digital (cyberbullying). Pelaku dan korban bullying sama-sama berisiko mengalami dampak jangka panjang seperti kecemasan, depresi, rendah diri, hingga keinginan untuk bunuh diri. Oleh karena itu, sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab penting dalam mencegah dan menangani bullying secara komprehensif. 

Fenomena Bullying di Lingkungan Sekolah
   Menurut laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2022 terdapat lebih dari 200 kasus kekerasan terhadap anak di sekolah, dan sebagian besar berkaitan dengan bullying. Temuan ini sejalan dengan studi oleh Nurjanah & Mulyana yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa dari tingkat dasar hingga menengah pernah mengalami atau menyaksikan bullying secara langsung, baik verbal, fisik, maupun emosional¹. Sayangnya, banyak korban enggan melapor karena takut dianggap lemah atau takut mendapat balasan dari pelaku.

Dampak Buruk Bullying
   Bullying memiliki dampak serius bagi semua pihak yang terlibat. Korban bullying sering mengalami stres berat, penurunan prestasi belajar, trauma psikologis, dan gangguan kecemasan. Dalam jangka panjang, mereka juga berisiko mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi kronis, gangguan kepercayaan diri, bahkan kecenderungan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

   Bukan hanya korban, pelaku bullying juga bisa mengalami dampak negatif. Wicaksono et al. menjelaskan bahwa pelaku perundungan rentan terhadap perkembangan gangguan perilaku antisosial dan bahkan terlibat dalam kekerasan berat di masa depan². Siswa yang menjadi saksi (bystander) bullying juga bisa mengalami tekanan psikologis jika mereka tidak mampu mencegah atau membantu korban.

Strategi Pencegahan Bullying di Sekolah
1. Pendidikan Karakter dan Literasi Sosial
Salah satu strategi pencegahan bullying adalah penguatan pendidikan karakter. Guru dapat membentuk nilai empati, kerja sama, dan saling menghargai melalui kegiatan pembelajaran serta keteladanan. Studi oleh Lestari dan Agustin menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat mengurangi kecenderungan perilaku agresif antar siswa³.

2. Kebijakan Sekolah yang Tegas dan Konsisten
Sekolah harus memiliki kebijakan anti-bullying yang tegas dan berlaku bagi seluruh warga sekolah. Kebijakan ini mencakup larangan tindakan bullying, mekanisme pelaporan, serta sanksi edukatif. Sekolah juga perlu menyediakan layanan konseling bagi korban dan pelaku untuk memulihkan psikologis dan memperbaiki perilaku.

3. Pelibatan Orang Tua dan Komunitas
Orang tua perlu dilibatkan dalam upaya pencegahan bullying. Komunikasi yang terbuka antara sekolah dan orang tua dapat membantu memantau perilaku anak dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Sekolah juga bisa bekerja sama dengan psikolog, tokoh masyarakat, dan lembaga perlindungan anak untuk memberikan penyuluhan dan intervensi berkelanjutan.

Kesimpulan
   Bullying di sekolah adalah permasalahan nyata yang harus ditangani dengan keseriusan dan sinergi berbagai pihak. Pendidikan karakter, kebijakan sekolah yang tegas, dan pelibatan aktif keluarga merupakan pilar penting dalam pencegahan bullying. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi setiap anak untuk belajar, tumbuh, dan berkembang tanpa rasa takut. Dengan pendekatan menyeluruh, bullying bukan hanya bisa dicegah, tapi juga diberantas demi menciptakan generasi yang sehat secara emosional dan sosial.

Refrensi
Nurjanah, I., & Mulyana, A. (2021). Fenomena Bullying di Lingkungan Sekolah Menengah: Studi Kasus di Kota Bandung. Jurnal Psikologi dan Pendidikan, 18(1), 12–22.
Wicaksono, T., Sari, P., & Nugroho, A. (2022). Dampak Bullying terhadap Pelaku dan Korban di Sekolah Menengah. Jurnal Psikologi Humanis, 7(3), 203–210.
Lestari, R., & Agustin, M. (2020). Peran Guru dalam Pencegahan Bullying di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Karakter, 10(2), 155–165.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »