Bahasa adalah penanda identitas. Ketika seseorang menggunakan bahasa gaul tertentu, seringkali itu adalah cara untuk mengatakan, "Aku bagian dari kelompok ini."
Anak-anak muda yang aktif di komunitas gamer mungkin punya istilah-istilah gaul khusus yang hanya dimengerti oleh mereka. Penggunaan istilah tersebut bukan cuma komunikasi, tapi juga kode etik yang menandakan mereka adalah "bagian dari circle."
Ini menciptakan rasa solidaritas dan eksklusivitas. Orang luar mungkin tidak mengerti, tapi bagi anggota komunitas, ini memperkuat ikatan dan pemahaman bersama. Kamu bisa membandingkannya dengan bahasa profesi atau hobi yang juga punya jargon khas.
Bahasa baku seringkali terasa formal dan berjarak. Bahasa gaul menawarkan alternatif yang lebih ringan, informal, dan personal.
Contoh: Memakai kata "santuy" daripada "santai" atau "gabut" daripada "tidak ada kegiatan yang jelas" secara instan menurunkan tensi percakapan. Ini membuat suasana jadi lebih rileks, terutama saat berinteraksi dengan teman sebaya atau di lingkungan non-formal.
Ini menunjukkan bahwa orang memilih bahasa gaul karena merasa lebih nyaman dan bisa menjadi diri sendiri. Ini mengurangi hambatan komunikasi dan mempermudah terjalinnya kedekatan emosional, karena terasa lebih "nyambung" dan tidak kaku.
Lingkungan sosial punya pengaruh besar. Terkadang, penggunaan bahasa gaul hanyalah bentuk dari mengikuti arus atau fear of missing out (FOMO) secara linguistik.
Ketika sebuah kata atau frasa gaul tiba-tiba viral di media sosial (misalnya, dari sebuah challenge, meme, atau video populer), banyak orang akan secara otomatis mengadopsinya agar tidak ketinggalan dan bisa ikut serta dalam percakapan yang sedang happening.
Ini bukan berarti tidak ada kesadaran, melainkan ada dorongan untuk tetap relevan dan terhubung dengan dinamika sosial yang sedang berlangsung. Ini menunjukkan betapa cepatnya informasi dan tren menyebar di era digital, dan bahasa menjadi salah satu medianya.
"Gimana Bahasa Indonesia Beradaptasi dengan Tren?"
Pertanyaan ini akan mendorongmu untuk menjelaskan mekanisme atau cara-cara bahasa Indonesia berevolusi dan menyerap pengaruh dari tren-tren yang muncul, terutama dari generasi muda dan media digital.