Dari Perbedaan Jadi Kekuatan: Keberagaman Budaya sebagai Pilar Kemajuan Negara
oleh : Gontar Pardamean Hasibuan
Indonesia kerap disebut sebagai bangsa yang besar karena keberagaman yang dimilikinya. Dari Sabang sampai Merauke, ribuan pulau dihuni oleh ratusan suku dengan adat istiadat, bahasa, dan warisan budaya yang berbeda-beda. Sayangnya, keberagaman ini sering hanya disebut sebagai slogan tanpa benar-benar dimaknai dan dikelola sebagai potensi pembangunan. Padahal, di tengah arus globalisasi yang kian menipiskan batas antarbangsa, kekayaan budaya justru menjadi salah satu modal strategis yang tidak dimiliki banyak negara lain.
Banyak yang lupa bahwa keberagaman bukan sekadar perbedaan yang harus ditoleransi, melainkan kekuatan yang bisa dirajut menjadi pilar kemajuan. Kita sering terjebak dalam narasi sempit seolah-olah perbedaan hanya berpotensi memecah belah. Padahal, sejarah menunjukkan sebaliknya: bangsa yang mampu mengelola keragaman dengan bijak justru lebih tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.
Salah satu contoh nyata adalah bagaimana kebudayaan lokal mampu mendongkrak sektor ekonomi kreatif. Batik, tenun, ukiran kayu, kuliner khas daerah, hingga seni pertunjukan tradisional kini menjadi sumber penghasilan banyak pelaku usaha mikro dan menengah. Tak sedikit di antara mereka yang berhasil menembus pasar internasional. Capaian ini bukan kebetulan. Ketika kekayaan budaya diberi ruang untuk berkembang, ia akan menjelma menjadi produk ekonomi bernilai tinggi yang sekaligus memperkuat identitas nasional.
Namun, menjadikan keberagaman budaya sebagai pilar pembangunan bukan perkara mudah. Tantangan terbesar justru muncul dari sikap abai atau bahkan alergi terhadap perbedaan. Masih banyak masyarakat yang memandang budaya lain dengan curiga, merasa sukunya lebih unggul, atau menilai bahasa daerah tertentu lebih rendah. Jika mentalitas semacam ini terus dibiarkan, potensi konflik sosial akan selalu mengintai. Ini menjadi pengingat bahwa membangun kesadaran kolektif untuk saling menghargai adalah pondasi yang tidak boleh diabaikan.
Pemerintah memiliki peran sentral dalam merumuskan kebijakan yang mendukung penguatan keberagaman sebagai modal pembangunan. Regulasi yang berpihak pada pelestarian kebudayaan harus berjalan seiring dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Misalnya, pengembangan desa wisata berbasis budaya tidak cukup hanya dengan peresmian semata, tetapi perlu disertai pendampingan, pelatihan pemasaran digital, dan pembukaan akses pasar yang lebih luas. Ketika masyarakat lokal merasakan manfaat ekonomi secara langsung, mereka akan semakin bangga mempertahankan tradisi leluhurnya.
Di bidang pendidikan, keberagaman budaya juga harus diarus utamakan sebagai materi pembelajaran yang hidup. Anak-anak perlu dikenalkan sejak dini bahwa perbedaan bukan penghalang untuk saling bekerja sama. Apabila kurikulum hanya menampilkan budaya dominan, generasi muda akan tumbuh tanpa penghargaan pada keragaman bangsanya sendiri. Padahal, rasa saling menghormati lahir dari pemahaman mendalam tentang nilai dan sejarah masing-masing kelompok.
Tak kalah penting, media massa juga memiliki tanggung jawab besar dalam membingkai keberagaman secara positif. Tayangan televisi, film, maupun konten digital seharusnya lebih banyak menampilkan kekayaan budaya yang menginspirasi kebanggaan nasional. Bukan hanya sekadar atraksi hiburan, tetapi sebagai narasi yang memperkuat kesadaran kolektif bahwa kita satu bangsa dalam perbedaan.
Di era serba cepat seperti sekarang, globalisasi memang tak terelakkan. Kita tidak bisa menutup pintu dari pengaruh budaya luar. Namun, justru di titik ini, keberagaman budaya Indonesia bisa menjadi jangkar identitas yang membuat kita tidak mudah kehilangan arah. Bangsa yang tidak mengenal akarnya akan rapuh ketika diterpa perubahan. Sebaliknya, bangsa yang merawat keberagaman dengan rasa hormat akan lebih kuat karena memiliki pondasi nilai yang kokoh.
Akhirnya, kita semua punya peran untuk memastikan bahwa perbedaan tidak lagi dipandang sebagai ancaman. Mulai dari keluarga, lingkungan sekolah, tempat kerja, hingga lingkup pemerintahan, semangat merayakan keberagaman harus terus dirawat. Karena hanya dengan saling mengenal, kita bisa saling menghargai. Dan hanya dengan saling menghargai, keberagaman bisa menjadi energi positif yang menggerakkan kemajuan bersama.