Orang-orang bilang, air adalah rahmat. Tapi di Sapanna, air belajar menyimpan dendam.
Sungai itu tidak mengalir---ia mengintai. Seperti ular yang tidur panjang dan bangun hanya saat manusia lupa memperlakukannya sebagai makhluk hidup. Sungai Sapanna, di Maros, suatu sore, menelan seorang gadis bernama Marshanda, umur 20 tahun, mahasiswa Fakultas Pertanian yang masih belum sempat menanam mimpi di tanah miliknya sendiri.
**
Pagi itu, Marshanda sempat menulis di bio WhatsApp-nya:
"Kalau aku tenggelam, bukan karena tidak bisa berenang. Tapi karena aku terlalu percaya pada air yang tenang."
Tidak ada yang memperhatikan. Status itu terkubur di antara foto kucing, baju baru, dan unggahan tentang seminar kewirausahaan.
Ia pergi ke Sapanna bersama teman-temannya. Tempat itu seharusnya ditutup, kata pemerintah. Tapi siapa yang bisa menutup kenangan masa kecil? Air terjun, batu besar buat selfie, dan legenda tentang roh penjaga sungai yang suka menangis setiap bulan Mei.
Petugas sudah pasang papan peringatan: DILARANG MANDI -- RAWAN AIR BAHÂ Â
Tapi peringatan di negeri ini selalu kalah dari rasa ingin tahu dan harga sewa mobil pickup yang sudah dibayar penuh.
**