Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... Freelancer dan Trader Kripto

Penikmat kopi dan lilin hijau merah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kopi Susu Gula Aren dan Ilusi Produktivitas

30 Juni 2025   07:15 Diperbarui: 1 Juli 2025   11:18 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngopi Sambil Kerja (Sumber: pexels.com/roman odintsov)

Kopi itu pahit. Tapi kalau sudah dicampur susu dan gula aren, rasanya jadi manis dan bisa bikin siapa pun merasa hidupnya lebih ringan. Setidaknya, itu yang sering aku rasakan. Dan mungkin juga kamu setiap kali nongkrong di coffee shop sambil buka laptop, pasang earphone, dan ngetik sesuatu yang entah apa itu.

Katanya sih, itu namanya productive lifestyle. Tapi lama-lama, aku sadar: yang paling produktif justru dompetku yang makin tipis, bukan aku.

Kerja di kafe biar semangat.

Kalimat ini sering banget aku ucapkan ke teman, ke keluarga, bahkan ke diriku sendiri. Semacam mantra biar otak nggak merasa bersalah sudah jajan 30 ribu hanya demi segelas kopi dan colokan gratis.

Aku tahu kopi bisa jadi penyemangat. Tapi kok makin ke sini, aku merasa ngopi bukan cuma tentang rasa atau kafein, tapi tentang kebutuhan untuk terlihat sibuk, terlihat punya tujuan, bahkan kalau tujuannya sendiri masih kabur.

Duduk, Scroll, dan Ilusi Produktif

Entah kenapa, kerja di rumah selalu terasa berat. Banyak distraksi. Tapi ironisnya, begitu duduk di kafe, distraksi itu tetap ada. Bukannya langsung buka dokumen kerjaan, aku malah buka Instagram, terus Shopee, lalu Twitter, dan... scroll. Dan scroll. Dan scroll.

Tiba-tiba satu jam lewat. Kopi tinggal es batunya, kerjaan belum juga mulai.

Notion masih kosong. Word belum dibuka. Tapi story sudah update: "Working from coffee shop."

Aku pernah coba hitung: dalam sebulan, aku bisa lima sampai tujuh kali mampir ke kafe. Kadang sendirian, kadang pura-pura kerja bareng teman. Tapi lucunya, bukan kerjaannya yang bikin semangat, tapi suasananya.

Musik indie pelan-pelan, suara mesin espresso yang kadang meledak kayak petasan, aroma kopi yang nyebar ke seluruh ruangan. Semua itu terasa kayak soundtrack produktivitas, padahal kenyataannya, cuma nulis satu paragraf Word dalam dua jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »