Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kesalahan Abadi Sang Programmer

11 Juni 2025   06:31 Diperbarui: 11 Juni 2025   06:31 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesalahan programmer. (Sumber: Programmerhumor.io/memes/sacred-cow)

Dunia pemrograman punya satu aturan tak tertulis yang kerap diwariskan secara turun-temurun: "Kalau sudah jalan, jangan disentuh." Aturan ini begitu legendaris hingga menjadi filosofi hidup sebagian coder --- terutama yang sudah trauma dengan debugging pukul 3 pagi, ditemani kopi dan air mata.

Sebuah meme yang ramai di kalangan programmer menggambarkan hal ini dengan sangat apik. Sebuah gambar sapi, terlihat berdiri tegak. Tapi tunggu... ada yang janggal. Sapi itu tidak punya kaki. Lalu bagaimana dia berdiri? Ternyata, sang kreator gambar dengan penuh keyakinan dan kedunguan menggambar empat puting susu sapi sebagai kaki belakang. Secara teknis? Sapi itu "berdiri". Secara biologis? Tolong panggil Dosen Biologi. Secara pemrograman? "If it works, don't touch it."

Lucu, iya. Tapi juga menyindir dengan presisi tinggi.

Inilah realita yang sering terjadi di dunia pemrograman, baik di startup yang kekurangan waktu maupun di lembaga pemerintahan yang kekurangan niat. Banyak kode yang ditulis dengan tujuan satu: yang penting bisa jalan. Tapi ketika kode itu perlu dikembangkan ulang, dimodifikasi, atau di-review oleh programmer lain, muncullah wajah-wajah cemas dan frasa-frasa klasik seperti: "Siapa yang nulis ini?" atau "Ya Allah, ini kenapa?"

Banyak orang lupa bahwa menulis kode bukan hanya soal memuaskan compiler atau interpreter. Programmer bukan tukang sulap yang bikin trik satu kali jadi, lalu kabur. Mereka seharusnya lebih mirip arsitek: membangun sesuatu yang tak hanya kokoh, tapi juga bisa direnovasi, diperluas, dan diwariskan.

Bayangkan kalau programmer zaman dulu menulis sistem perbankan dengan prinsip "yang penting jalan". Lalu programmer baru disuruh menambahkan fitur QRIS ke sistem yang ditulis pakai kombinasi PHP 4, Java 1.4, dan doa-doa. Bisa-bisa QR-nya keluar dalam bentuk barcode sapi.

Tulisan ini bukan untuk menyalahkan mereka yang pernah menulis "kode dosa". Kita semua pernah. Tapi mari kita refleksi.

1. Kode Adalah Warisan

Jika kamu menulis kode hari ini, besar kemungkinan orang lain akan membacanya esok. Atau kamu sendiri yang akan membacanya enam bulan lagi, dan saat itu kamu sudah lupa apa maksudnya x23_flag dan doStuffQuick(). Maka, tulislah kode seperti kamu menulis surat cinta: jelas, indah, dan bisa dibaca berulang kali tanpa ingin muntah.

2. Dokumentasi Itu Cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »