Perceraian di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 447.743 di tahun 2021. Dari sekian banyak kasus perceraian, penyebab perceraian kedua tertinggi adalah soal ekonomi atau keuangan. Loh kenapa bisa terjadi demikian?
APakah ketika pacaran mereka tidak diskusi tentang keuangan lebih detail? Banyak yang berasumsi bahwa masa pacaran adalah masa emas untuk dilewati dengan hal-hal yang indah saja, tak perlu membicarakan soal yang rumit, keuangan.
Pada praktiknya setelah selesai masa emas, masuk ke masa transisi, pernikahan. Kaget dan tidak menduga banyak hal yang seharusnya dibicarakan di depan sekarang kenapa begini? Misalnya untuk pembayaran sewa rumah, atau cicilan pembelian rumah siapa yang bayar? Lalu siapa yang harus bayar kebutuhan primer? Untuk pembelian perabotan rumah, seperti kulkas, AC, ranjang, siapa yang beli?
Belum pernah merasakan lebih kaget lagi ketika ada istri yang sakit malam-malam, tidak ada asuransi kesehatan untuk istri karena yang bekerja adalah suaminya, kantor hanya berikan fasilitas kesehatan kepada yang bekerja , tanpa keluarga.
FInansial keluarga dibicarakan dengan terbuka
Pengalaman saya sendiri setelah melewati 30 tahun pernikahan, hanya bisa memberikan solusi setelah melewati masa-masa kritis dalam keterbukaaan.
Mudah sekali mengatakan harus bicara terbuka soal keuangan sebelum menikah. Tapi ternyata hal itu hanya teori saja karena mulut ini seolah terkunci untuk memulai tentang pembicaraan keuangan.
Padahal kami berdua latar belakang pendidikan keuangan dan accounting yang sangat mengerti tentang teori keuangan . Namun, ternyata hal ini tidak menjamin menyelesaikan masalah keuangan keluarga sendiri.
Jika saya mulai mengatakan satu patah kata tentang keuangan untuk keluarga, apakah dan siapakah yang bertanggung jawab untuk kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan tersier, mengatunya pemasukan dan pengeluaran, segera suami mematahkan pertanyaan saya.
Tak ada jawaban dari suami karena usul dan pertanyaan saya dianggap merendahkan dirinya. Padahal saya menyampaikan pertanyaan atau gagasan itu dengan gaya bahasa yang lembut loh. BUkan dengan kasar atau merasa superior.
Kuncinya adalah kami tidak mengenali satu lain tentang latar belakang keuangan keluarga kami sebelumnya.