Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mobil Listrik Untuk Siapa? Antara Masa Depan Hijau dan Keadilan Inklusif

29 Juni 2025   19:18 Diperbarui: 29 Juni 2025   19:18 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh mobil listrik yang dipasarkan di Indonesia, Hyundai Ioniq 5. (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Pendahuluan

Di tengah gencarnya kampanye transisi energi dan dorongan pemerintah menuju era kendaraan listrik, muncul satu pertanyaan mendasar: Mobil listrik itu sebenarnya ditujukan untuk siapa?

Sebagai warga biasa, saya tentu mendukung upaya mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan ramah lingkungan. Tapi ketika melihat harga mobil listrik termurah pun masih jauh dari kemampuan finansial saya, saya bertanya-tanya: Apakah saya termasuk bagian dari target kebijakan ini? Jika tidak, di mana letak inklusifitas dari program yang katanya untuk kebaikan bersama ini?

Mobil Listrik dan Realitas Sosial-Ekonomi

Mari kita lihat realitas di lapangan. Mobil listrik seperti Wuling Air EV, Hyundai Ioniq 5, atau Tesla, memang mencerminkan kemajuan teknologi otomotif. Namun banderol harganya mulai dari Rp. 200 jutaan hingga lebih dari Rp. 1 miliar jelas menyasar kalangan menengah atas ke atas. Bahkan yang termurah pun, jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin seharga serupa, masih kalah dari segi fitur, performa, dan daya jangkau.

Artinya, saat ini mobil listrik belum menjadi pilihan yang masuk akal bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Belum lagi, infrastruktur pengisian daya masih terbatas di kota-kota besar. Sementara di wilayah pedesaan atau daerah terpencil, stasiun pengisian hampir tak terdengar. Maka wajar jika publik mempertanyakan, "Ini mobil listrik untuk siapa?"

Kebijakan Ramah Lingkungan Tanpa Rasa Keadilan?

Pemerintah melalui berbagai regulasi dan insentif telah mendorong industri kendaraan listrik, dari pemberian insentif pajak, subsidi pembelian, hingga relaksasi bea masuk untuk komponen EV. Namun sayangnya, insentif ini seringkali lebih menguntungkan produsen besar dan kalangan yang memang sudah mampu membeli, alih-alih mendorong masyarakat umum untuk beralih.

Padahal jika ini disebut sebagai langkah menuju "masa depan hijau", seharusnya semua lapisan masyarakat bisa merasakan manfaatnya secara langsung, bukan hanya mereka yang punya daya beli tinggi atau tinggal di kota besar.

Apa yang Terlupakan: Rakyat Kecil dan Transportasi Umum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »