Di era digital seperti saat ini, media sosial telah menjadi ruang baru bagi perempuan untuk mengekspresikan diri, membangun citra, bahkan berdakwah. Namun, di balik layar yang penuh warna dan pencitraan, seorang Muslimah ditantang untuk tetap menjaga jati diri dan ketakwaannya.
Kecantikan yang tampak di layar tidak selalu mencerminkan kecantikan sejati dalam pandangan Islam. Seorang perempuan Muslimah hendaknya tidak hanya cantik di pandangan manusia, tetapi juga cantik di hadapan Allah dengan menjaga akhlak dan adab, termasuk dalam interaksi digital.
Kecantikan Fisik vs Kecantikan Ruhani
Islam mengajarkan bahwa kecantikan sejati terletak pada hati dan amal. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian."
(HR. Muslim, no. 2564)
Unggahan di media sosial sering kali menonjolkan sisi visual. Tak sedikit perempuan yang merasa harus tampil sempurna agar mendapat "like" dan pengakuan. Namun, sebagai Muslimah, kita diajarkan untuk lebih mengutamakan niat dan keikhlasan daripada validasi publik.
Menjaga Aurat dan Batasan di Dunia Maya
Media sosial adalah ruang publik. Apa yang diunggah dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun. Oleh karena itu, batasan aurat dan kesopanan tetap berlaku sebagaimana dalam kehidupan nyata.
Allah SWT berfirman:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya...'"
(QS. An-Nur: 31)
Konten yang mengumbar kecantikan, memperlihatkan lekuk tubuh, atau mempertegas riasan bisa menimbulkan fitnah dan membuka pintu dosa, baik bagi yang melihat maupun yang menampilkan. Menjaga aurat di media sosial adalah bagian dari menjaga kehormatan dan ketaatan.