Konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel kembali memanas di tahun 2025. Hal tersebut menyulut kekhawatiran global akan eskalasi militer yang bisa mengguncang stabilitas kawasan Timur Tengah dan berdampak secara luas.
Dalam konteks ini, posisi Indonesia sebagai negara terbesar berpenduduk Muslim di dunia (setelah Pakistan) dan anggota penting organisasi internasional seperti OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dan PBB, menjadi sorotan.
Lantas, bagaimana Indonesia harus memosisikan diri dalam konflik Iran-Israel yang sangat kompleks ini?
Oleh karena itu, tulisan ini sekurang-kurangnya dapat melihat langkah diplomasi Indonesia yang berlandaskan perdamaian, kedaulatan dan kemanusiaan, sekaligus memperhitungkan realitas geopolitik dan kepentingan nasional yang strategis.
Dinamika dan implikasi global dalam eskalasi konflik Iran-Israel
Sejak berdirinya Israel pada 1948, konflik dengan negara-negara Arab dan aktor regional seperti Iran tidak pernah benar-benar reda.
Baru-baru ini, ketegangan meningkat tajam seiring insiden-insiden militer yang saling balas antara Israel dan kelompok-kelompok proxy Iran di kawasan.
Ancaman serangan langsung, seperti yang sempat disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan kemungkinan intervensi militer AS di Iran, menambah ketidakpastian.
Israel dengan kemampuan militer superior, dan Iran yang didukung oleh sejumlah negara regional serta jaringan militan, menciptakan situasi "perang dingin" yang mudah berubah menjadi konfrontasi terbuka.
Konflik ini bukan hanya persoalan bilateral, melainkan sudah menjadi arena perlawanan ideologi, pengaruh regional dan kepentingan global.