Bepergian ke mana pun jika acara santai saya selalu memakai sepatu, celana, kaos, dan jaket olahraga. Topinya menggunakan topi rimba atau topi gunung untuk menutupi kepala yang mulai botak dan beruban. Juga menutupi alis yang mulai beruban juga. Maklum sudah lansia.
Sebagai generasi baby boomer yang menjadi anggota GMT atau generasi menolak tua maka kumis terpaksa harus dibabat setiap hari. Pokoknya: forever young... I want to be forever young... Seperti yang dilantunkan Alphaville.
Pertengahan Mei yang baru lalu berdua bersama mantan pacar keliling Solo. Sialnya, baru setengah hari, Solo didera hujan deras hingga jam 5 sore. Terpaksa harus kembali ke Stasiun Jebres untuk pulang ke Yogya.
Seperti biasa, KRL sudah penuh sejak dari Stasiun Palur. Kami berdua pun berdiri bersandar di pintu antar gerbong KRL. Selepas Stasiun Gawok, pintu KRL dibuka petugas keamanan dan menanyakan tujuan kami.
Mengetahui tujuan akhir masih satu jam lagi ke Stasiun Tugu, Yogyakarta lalu si petugas mengajak kami ke gerbong sebelah. Kemudian meminta dua orang penumpang untuk berdiri dan kami berdua diminta duduk.
Merasa forever young dan masih kuat juga terlalu diperhatikan dan dilayani, saya menolak secara halus dengan alasan dua penumpang yang barusan berdiri masih capai pulang kerja.
"Maaf Mbah, kami mengutamakan lansia...," katanya sambil tersenyum.
Jawaban ini membuat saya cukup kaget dan bertanya dalam hati 'kok tahu panggilan saya Mbah?'.
Saya lupa kalau geraham sudah habis dan pipi mulai kelihatan sedikit kempot. Dan juga mantan pacar tidak memakai topi sehingga tampak ubannya yang lupa disemir.
Saat duduk teringat satu lirik tembang Forever Young:
Do you really want to live forever?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI