Walau tak terlalu mengejutkan, tapi rencana Pemerintah untuk menaikkan pagu anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari tahun 2025 ini sekitar Rp171 triliun menjadi Rp300 triliun pada tahun depan, membuat banyak pihak mengernyitkan dahinya, tanda bingung.Â
Rencana ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, pada Kamis 12 Juni 2025.
Menurut Luhut, seperti dilansir CNNIndonesia, MBG merupakan program unggulan dari Pemerintahan Prabowo yang output-nya baik, tak hanya untuk kesehatan dan kehidupan sosial penerima manfaatnya, dalam hal ini anak-anak dan ibu hamil, juga berdampak positif terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan.
Kebingungan banyak pihak terhadap rencana kenaikan anggaran MBG tersebut didasari oleh berbagai hal. Dari sisi pelaksanaannya, masalah masih banyak sekali bermunculan, terutama dengan berbagai kasus keracunan makanan yang terjadi di sejumlah wilayah.Â
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat ada sekitar 17 kasus keracunan makanan MBG yang tersebar di 10 Provinsi.Â
Dalam merespon kondisi ini, Pemerintah cenderung defensif yang tak semestinya dengan menyebut bahwa hanya 0,5 persen saja penerima manfaat MBG yang keracunan.Â
Respon yang kurang bijak, mengingat ada nyawa anak-anak Indonesia yang dipertaruhkan, bukan sekadar angka-angka statistik semata.
Dari sisi anggaran pun, program MBG ini bisa disebut belum berjalan dengan baik. Menurut Kementerian Keuangan(Kemenkeu) hingga 5 bulan pelaksanaan program MBG, serapan anggaran MBG baru 4,2 persen atau setara Rp3 triliun dari pagu awal sebesar Rp71 triliun di APBN 2025.Â
Dalam hal penerima manfaat pun setali tiga uang, tak terpenuhi. Dari target 17,9 juta penerima manfaat seperti disampaikan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) selaku pelaksana Program MBG, yang terealisasi baru 3,97 juta orang.Â
Padahal plafon anggarannya sudah dinaikkan menjadi Rp171 triliun dengan target penerima manfaat mencapai 82,9 juta orang.
Selain itu, kita juga harus ingat anggaran Rp300 triliun untuk tahun depan itu dari mana sumbernya? Duitnya memang ada? Efisiensi lagi?Â