Saya pernah ditanya oleh siswa saya tentang pekerjaan yang saya sukai. Saya menjawab, menjadi guru bagi mereka dan menjadi petani. Jawaban saya membuat mereka tertawa riuh. Mereka membayangkan, ketika pulang mengajar di sekolah, saya turun ke sawah menanam padi, bermain lumpur dan sebagainya.
Saya memahami cara pandang mereka tersebut. Tidak hanya para siswa saya tersebut, banyak orang masih membayangkan suasana petani seperti gambaran siswa saya tadi. Tapi, yang ada di benak saya, bukanlah petani seperti itu.Â
Saya membayangkan petani modern yang dilengkapi dengan teknologi pertanian yang canggih. Petani tidak perlu harus terjun membungkukkan badan sepanjang hari untuk menanam padi. Petani tidak perlu risau apalagi ribut sesama petani karena persoalan persediaan air. Â Â
Baca juga:Â Adaptasi Tubuh dan Aktivitas di Tengah Perubahan Cuaca yang Cepat di Masa Pancaroba
Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini
Pertanian di Indonesia merupakan sektor vital bagi perekonomian Indonesia dan menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Dalam empat bulan terakhir di tahun 2025 ini, pertumbuhan di sektor pertanian meningkat signifikan melalui panen raya padi dan jagung dengan produksi masing-masing mencapai 9,04 juta ton dan 4,64 juta ton.Â
Keberhasilan ini didukung kondisi iklim yang relatif normal pada masa tanam. Meski demikian, produksi padi Indonesia masih tertinggal dibanding negara tetangga seperti Vietnam.
Setidaknya, Indonesia sudah mencapai swasembada di beberapa produk pangan strategis seperti jagung, bawang merah, dan cabai tanpa perlu impor. Itu sudah cukup menggembirakan. Stok beras nasional juga sudah terjaga hingga akhir 2025.Â
Tantangan Pertanian Indonesia
Catatan kritis di bidang pertanian adalah perkembangan teknologi pertanian yang digunakan para petani di Indonesia. Petani Indonesia memang sudah mulai mengadopsi teknologi pertanian modern. Namun, tingkat adopsinya masih sangat rendah dan belum merata.Â