Melewati rute yang sama, saya mengelilingi komplek perumahan warga pagi tadi. Saat sedang berlari, saya melihat sebuah tanah kosong yang sudah disulap menjadi sepetak kebun sayur.Â
Tanah kosong ini terletak tepat di samping jalan bersampingan dengan rumah warga. Masih banyak pohon-pohon besar yang menyuplai oksigen kepada warga sekitar.
Setiap pagi saya melewati banyak rumah warga sambil berlari. Arus urbanisasi telah membuka banyak lahan baru untuk disulap menjadi komplek perumahan. Tanah persawahan berubah fungsi. Hanya beberapa lahan yang masih aktif ditanami padi.
Arus urbanisasi juga merubah konsep perumahan. Rumah-rumah kecil dengan harga murah lebih diminati. Banyak yang memakai sistem kredit atau membelinya secara cash.Â
Rumah-rumah di perumahan seringnya berlahan sempit. Cukup untuk memarkir satu mobil. Tidak ada cukup lahan untuk menanam pohon. Akhirnya, terik matahari tidak terbendung di siang hari.Â
Lari pagi memberi banyak pelajaran berharga bagi saya. Bukan hanya tentang menjaga kesehatan, tapi juga melihat sisi lain kehidupan. Pohon-pohon yang terus ditebang tanpa makna. Padahal area perkotaan terasa jauh lebih panas tanpa dedaunan rindang pohon-pohon besar.
Lucunya lagi, saya melihat pohon-pohon besar ditebang di sebuah institusi pendidikan. Puluhan pohon itu sudah berjasa menaungi sepeda motor dan menyuplai oksigen kepada warga sekitar.
Kenapa orang-orang suka menebang pohon?
Pohon-pohon besar sejatinya membawa manfaat tak terhingga. Mereka tumbuh untuk sebuah misi panjang bagi manusia. Memberi oksigen gratis, kesejukan, sampai keteduhan tak terbatas.Â
Lalu, tangan-tangan jahil memotongnya tanpa alasan pasti. Mereka mungkin malas menyapu daun-daun yang berguguran. Kemudian mengambil jalan pintas dengan menebang.
Jika berpikir lebih bijak, satu pohon tidak hanya menaungi satu orang. Burung-burung membuat rumah di dahan-dahan pohon besar, begitu juga hewan-hewan lain yang terbantu dengan adanya pohon.