Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Doa Ibu di Sepertiga Malam

22 Maret 2025   23:41 Diperbarui: 22 Maret 2025   23:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang doa ibu (sumber gambar: mirror.mui.or.id)

Angin malam berdesir pelan, menyelinap masuk melalui celah jendela kayu yang sedikit terbuka. Tirai tipis berkibar lembut, menari mengikuti ritme udara yang dingin. Di luar, suara jangkrik bersahutan dengan nyanyian malam, menciptakan harmoni sunyi yang menenangkan.

Jam dinding di ruang tengah berdenting pelan, menunjukkan pukul tiga dini hari. Rumah sudah lama sunyi, hanya sesekali terdengar suara gemerisik dari dapur, mungkin tikus kecil yang mencari sisa makanan. Aku terbangun dengan tenggorokan kering, berniat menuju dapur untuk meneguk segelas air. Namun, langkahku terhenti ketika samar-samar kudengar suara isakan pelan dari kamar ibu.

Aku diam sejenak, mencoba memastikan apa yang kudengar. Cahaya lampu dari dalam kamarnya masih menyala, menyusup dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Dengan hati-hati, aku melangkah mendekat.

Di dalam kamar yang sederhana itu, kulihat ibu sedang bersimpuh di atas sajadahnya. Mukena putihnya menjuntai, membalut tubuh rentanya. Suaranya lirih, bergetar dalam lantunan doa yang terucap.

"Ya Allah, jagalah anak-anakku… bimbing mereka agar tetap berada di jalan-Mu… lapangkan rezeki mereka, kuatkan hati mereka dalam menghadapi ujian hidup…"

Suara itu menusuk hatiku. Ada keikhlasan, ada harapan, ada cinta yang tak terucapkan dalam keseharian. Aku berdiri diam di balik pintu, dadaku terasa sesak. Seumur hidupku, aku tahu ibu selalu mendoakan kami, tapi baru kali ini aku benar-benar mendengarnya dengan jelas.

Perlahan, aku melangkah mendekat dan mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Di dalam, ibu masih bersimpuh di atas sajadahnya. Mukena putihnya membalut tubuhnya yang mulai renta, seakan menjadi saksi betapa banyak doa yang telah ia panjatkan selama bertahun-tahun.

Tangannya terangkat ke langit, suaranya bergetar dalam keheningan malam.

"Ya Allah, lindungilah anak-anakku di mana pun mereka berada… Lapangkan hati mereka dalam menghadapi cobaan, mudahkan langkah mereka dalam mencari rezeki yang halal… Jangan biarkan mereka jauh dari-Mu, ya Rabb…”

Aku menggigit bibir, menahan rasa haru yang tiba-tiba menyeruak. Selama ini, aku selalu menganggap bahwa semua yang kudapatkan dalam hidup adalah hasil kerja keras dan usahaku sendiri. Aku lupa bahwa ada doa seorang ibu yang tak pernah terputus, menjadi penjaga langkah-langkahku tanpa kusadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »