Mohon tunggu...
Salsa Aulia Rizky
Salsa Aulia Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang pribadi yang sedang berproses, tidak pernah takut menghadapi kesalahan sebagai bagian dari pembelajaran, dan selalu berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri baik dalam ilmu, karakter, maupun kontribusi kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Khitbah untuk Generasi Muda: Langkah Serius atau Sekadar Tren?

2 Juni 2025   14:22 Diperbarui: 3 Juni 2025   10:53 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Foto: iStock/Romanno

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah khitbah makin sering terdengar di kalangan anak muda. Tidak lagi hanya dibicarakan dalam majelis-majelis taklim atau kursus pranikah, tapi juga ramai di media sosial---mulai dari unggahan lamaran islami, video "taaruf dulu baru khitbah," hingga thread viral tentang batalnya khitbah. 

Pertanyaannya, apakah khitbah di kalangan generasi muda saat ini benar-benar menjadi langkah serius menuju pernikahan? Ataukah justru mulai bergeser menjadi sekadar tren dan simbol status?

Khitbah: Lebih dari Sekadar Lamaran

Dalam Islam, khitbah adalah proses lamaran yang menjadi pintu masuk menuju pernikahan. Ia bukan akad, tapi sebuah janji dan komitmen awal. Dalam praktiknya, khitbah menunjukkan keseriusan seseorang untuk menjalin hubungan yang halal dan sesuai syariat. Namun, karena khitbah belum sah secara hukum agama maupun negara, ia masih bisa dibatalkan.

Hal inilah yang menjadi perbedaan besar antara khitbah dan pernikahan. Tapi sayangnya, tidak sedikit anak muda yang memposisikan khitbah seolah-olah sudah "menikah secara spiritual," padahal tanggung jawab dan hak-haknya belum ada secara utuh.

Fenomena "Khitbah Kekinian"

Di era media sosial, banyak hal menjadi viral, termasuk khitbah. Lamaran yang dulu bersifat privat kini kerap menjadi tontonan publik---dokumentasi estetik, narasi religius yang menyentuh, bahkan disponsori oleh brand tertentu. Ini tentu tidak sepenuhnya salah. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika khitbah hanya dijadikan ajang pencitraan atau pembuktian status sosial.

Sebagian orang "berani khitbah" padahal belum benar-benar siap menikah. Ada yang terjebak pada tekanan lingkungan, tren hijrah, atau keinginan untuk terlihat "lebih Islami" di mata netizen. 

Akibatnya, ketika realitas hidup pasca-khitbah menghantam---ketidaksiapan finansial, ketidakcocokan karakter, atau tekanan keluarga---banyak khitbah yang akhirnya batal dan menyisakan luka.

Khitbah Perlu Kesiapan, Bukan Sekadar Keberanian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »