Menulislah dari Hatimu, Maka Engkau Akan Bertemu dengan Pembaca Setiamu. Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana. Tak terduga Omjay menemukan foto lama. Kami baru saja selesai melaksanakan seminar nasional informatika. Kegiatannya sangat berkesan di hati peserta.
Di tengah dunia yang bergerak cepat, menulis telah menjadi sesuatu yang bisa dikejar dengan kecanggihan teknologi. Kata-kata bisa dihasilkan dalam hitungan detik, kalimat bisa dirapikan oleh mesin, bahkan esai pun bisa tersusun rapi oleh kecerdasan buatan. Tapi satu hal tetap tak tergantikan: hati manusia.
Menulis bukan sekadar aktivitas mengetik. Ia adalah proses mendengarkan suara hati sendiri, menyelami rasa, lalu mengekspresikannya dengan kata-kata. Dalam setiap tulisan yang lahir dari hati, ada kejujuran. Ada keberanian. Dan ada getar rasa yang bisa sampai kepada orang lain---bahkan orang yang tak pernah kita kenal sekalipun.
Ketika Hati Bicara, Tulisan Bernyawa
Mungkin tulisanmu sederhana bahkan sangat sederhana. Mungkin engkau merasa tidak piawai memilih diksi atau menyusun paragraf indah. Tapi jika tulisan itu jujur, tulus, ihkhlas, dan ditulis karena kamu perlu menuliskannya---percaya saja, akan ada seseorang di luar sana yang membacanya dengan mata berkaca-kaca. Dan mungkin, saat membaca, ia akan bergumam: "Akhirnya, ada yang mengerti aku."
Itulah kekuatan menulis dari hati. Ia tidak mengejar jumlah like atau share. Ia mengejar makna. Ia tidak berburu tren, tapi menyentuh ruang paling dalam dalam jiwa pembaca. Dan kadang, dari sana, lahirlah hubungan diam-diam antara penulis dan pembaca yang tidak pernah saling sapa, tapi saling merasa.
ChatGPT dan Teknologi: Dia Alat, Bukan Hati
Di era sekarang, banyak yang memilih jalan pintas. Cukup ketikkan perintah, lalu tunggu tulisan jadi. ChatGPT dan berbagai alat AI lainnya memang luar biasa. Dengan cepat mereka bisa membantu kita mengolah ide, menyusun struktur, bahkan menyarankan kalimat. Tapi ada satu yang mereka tak bisa beri yaitu:Â jiwa.
Tulisan dari mesin mungkin rapi, tapi hampa. Tanpa pengalaman, tanpa luka, tanpa cinta, tanpa kegelisahan. Tanpa denyut manusia. Dia hanya rangkaian kata tak bermakna di hati pembaca. Namun, ketika dituliskan dengan hati, maka hatimu dan hatinya bertemu.
Teknologi chatgpt memang canggih. Bukan berarti kita harus menolak teknologi. Gunakanlah sebagai alat bantu. Tapi jangan biarkan ia menggantikan suara hatimu sendiri. Karena hanya engkaulah yang tahu rasa yang ingin kau sampaikan. Hanya engkau yang tahu mengapa sebuah tulisan itu penting, dan bernyawa.