Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- ([email protected])

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia, Inflasi Medis

2 Juli 2025   17:07 Diperbarui: 4 Juli 2025   07:58 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesehatan. (Sumber: FREEPIK/IPOPBA via kompas.com)

Saya pernah menonton film dokumenter "Sicko" (2007) karya Michael Moore. Film tentang Rumah Sakit di Kuba.

Salah satu adegannya begitu membekas: beberapa pasien asal Amerika Serikat dibawa ke rumah sakit umum di Kuba. Negara kecil yang selalu dicap miskin dan tertinggal.

Di sana mereka mendapatkan pelayanan medis gratis. Bukan seadanya, tapi cepat, bersih, profesional.

Bahkan obat inhaler untuk asma yang di AS seharga USD 120, di Kuba hanya USD 5. Rumah sakitnya tidak megah, tapi punya hati.

Dan negara, meski dicekik embargo, tetap hadir sebagai pelindung rakyat. Saya tertegun. Kalau Kuba bisa, kenapa kita tidak?

Sementara itu, di Indonesia, bau antiseptik rumah sakit justru ditutupi bau ketakutan yang menyengat.

Bon laboratorium, biaya rawat inap, vitamin yang entah kenapa lebih mahal dari gaji harian ibu rumah tangga di Brebes. Kasur pasien bisa diatur pakai remote, tapi tagihan rumah sakit tak bisa diatur pakai doa.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat inflasi medis Indonesia untuk 2025 akan mencapai 13,6%, hampir dua kali lipat dari inflasi umum yang hanya sekitar 2,5--3%.

Ini bukan angka statistik. Ini seperti pelan-pelan menonton fondasi sistem jaminan sosial kita yang retak, mulai dari dinding BPJS yang mulai keropos, sampai atap industri asuransi yang mulai bocor.

Teori klasik menyebutkan bahwa "asuransi adalah instrumen mutualisasi risiko."Sebuah definisi teknis dari ekonom welfare Kenneth Arrow (1963) yang berarti: risiko seseorang dibagi bersama-sama agar tak seorang pun jatuh sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »