"Kami akan hubungi Anda kembali, ya."
Kalimat pamungkas dari HRD yang bisa berarti dua hal: harapan... atau harapan palsu.
Di era kompetisi kerja yang superketat, jadi kandidat idaman bukan sekadar soal punya IPK 3,9 atau pengalaman magang di startup unicorn. HRD zaman sekarang lebih dari sekadar melihat CV---mereka membaca bahasa tubuh, menilai cara kamu menjawab, hingga menyimpulkan apakah kamu tipe "nggak ribet" untuk diajak kerja bareng.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat seseorang jadi "idaman" bagi HRD? Yuk kita bedah dari sisi kompetensi dan karakter!
1. Bukan CV Tebal, tapi Isi yang Tajam
Banyak pencari kerja yang terjebak dalam "jebakan desain": CV penuh warna, grafik, hingga ilustrasi diri yang lebih cocok jadi poster konser. Padahal, HRD lebih menghargai CV yang singkat, padat, dan relevan.
Misalnya:
Pengalaman magang ditulis lengkap dengan output atau pencapaian.
Bahasa yang digunakan jelas, bukan "mengagumkan diri sendiri" seperti: "Saya adalah sosok pekerja keras, disiplin, dan multitalenta."
Sesuaikan dengan posisi yang dilamar---jangan kirim CV yang sama untuk semua lowongan. Itu seperti pakai undangan pernikahan untuk melamar kerja. Gagal paham, bos.