Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tentang Maaf, Bukan tentang Pencapaian

6 April 2025   14:38 Diperbarui: 7 April 2025   09:57 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tertekan | Image by KOMPAS/SUPRIYANTO

Eid Mubarak. Taqabbalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyamakum. Kullu 'am wa antum bikhair.

Mohon maaf lahir dan batin atas segala salah dan khilaf.

Kalimat yang terasa hangat, akrab, bahkan kadang jadi jembatan memulai kembali obrolan yang sempat renggang selama satu tahun terakhir.

Tapi entah kenapa, makin ke sini, makin terasa juga kalau setelah ucapan itu meluncur, yang datang bukan cuma maaf dan peluk, tapi juga pertanyaan yang terasa seperti tusukan kecil di hati.

Mungkin bukan maksudnya nyakitin, tapi tetap aja, kadang pertanyaan itu datang di waktu yang salah dan menyentuh bagian yang belum siap disentuh.

Senin, 31/03/2025. Hari pertama lebaran. Suasana rumah masih ramai. Ada tawa, ada makanan enak, nostalgia masa kecil, dan ada obrolan random dari saudara-saudara jauh yang setahun sekali ketemu.

Tapi di tengah semua itu, tepat pukul 15.33 WIB, tiba-tiba HP berdering. Sebuah notif pesan masuk dari seorang rekan yang entah kenapa, memilih hari lebaran untuk nanya tentang... hasil olah data skripsi.

Pertanyaan statistik | Dokpri Hasyim
Pertanyaan statistik | Dokpri Hasyim

Ketika dibuka pesannya. Dia nanya soal hasil paired t-test, apakah hasil yang tidak signifikan itu sudah final atau masih bisa diperbaiki. Dia juga bilang kalau datanya sudah memenuhi syarat normalitas dan homogenitas.

Diam terpanah dan hanya bisa senyum, tapi bukan senyum bahagia. Senyum yang lebih ke "yaelah, ini serius nanyanya pas lagi lebaran?". Di momen yang seharusnya jadi ajang ngumpul, saling peluk, dan sejenak melupakan beban hidup, malah diajak balik ke realita skripsi yang belum juga kelar.

Gue ngerti sih, mungkin dia cuma panik. Mungkin dia lagi duduk di ruang tamu, dan tiba-tiba ada yang nyeletuk, "Skripsi udah sampai mana?" atau "Wisudanya kapan, dek?" dan itu bikin dia gelisah sampe akhirnya buka laptop, ngecek data, dan nanya ke gue perihal statistik. Tapi inilah yang bikin gue pengen ngomong sesuatu.

Kenapa sih, tiap lebaran, selalu ada aja pertanyaan-pertanyaan sensitif yang muncul? "Udah nikah belum? Kapan nyusul? Anak udah berapa? Udah hamil belum? Kuliah kelar kapan? Kerja di mana sekarang? Gaji berapa?" Bahkan kadang ada yang udah gak peduli sama batas sopan santun, langsung tanya, "Lah kok masih di rumah aja?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
OSZAR »