Generasi Sandwich Memimpikan Pensiun, Mungkin?
Kata "pensiun" sering kali identik dengan ketenangan hidup di usia senja: bangun tanpa alarm, menyiram tanaman, membaca koran sambil menyeruput kopi, atau jalan pagi bersama pasangan. Namun, bagi Generasi Sandwich---kelompok usia produktif yang menopang dua generasi sekaligus (orang tua dan anak)---pensiun lebih terdengar seperti mitos urban daripada rencana masa depan.
Generasi ini ibarat roti lapis: diapit kebutuhan orang tua di satu sisi dan anak-anak di sisi lainnya. Alih-alih bisa fokus menabung atau investasi, mereka sering kali harus mengalihkan dana untuk biaya hidup orang tua, pendidikan anak, cicilan rumah, dan kebutuhan mendadak lain yang tak jarang datang bertubi-tubi. Dalam posisi ini, mimpi pensiun dini atau bahkan pensiun yang layak terasa seperti kemewahan.
Dilema Finansial yang Membelit
Menurut berbagai survei, mayoritas Generasi Sandwich di Indonesia berada pada rentang usia 30--45 tahun. Mereka berada dalam puncak usia produktif, namun juga masa yang paling rentan secara finansial. Di sinilah letak dilema: mereka harus bekerja keras, tetapi hasilnya tidak bisa sepenuhnya dinikmati. Tabungan untuk pensiun? Mungkin hanya sekadar angka di mimpi, bukan di rekening.
Masalahnya bukan hanya karena gaji yang "pas-pasan", tetapi juga karena struktur ekonomi keluarga Indonesia yang masih bertumpu pada konsep kolektif: anak dianggap sebagai 'jaminan hari tua' orang tua. Tak salah memang, ini adalah bentuk pengabdian dan bakti. Namun, di era biaya hidup yang terus melonjak, loyalitas emosional ini sering kali berbenturan dengan kenyataan dompet.
Apakah Salah Jadi Sandwich?
Tidak. Tidak ada yang salah menjadi Generasi Sandwich. Justru ada nilai luhur dalam peran ini: tanggung jawab, empati, dan pengorbanan. Namun, yang menjadi soal adalah ketika negara dan sistem sosial tidak mampu menciptakan ekosistem yang mendukung mereka keluar dari jeratan finansial ini.
Skema jaminan pensiun masih belum inklusif. BPJS Ketenagakerjaan memang ada, tapi kontribusinya relatif kecil dan hasilnya belum menjanjikan kebebasan finansial di masa pensiun. Sementara asuransi swasta dan instrumen investasi lain butuh konsistensi dan literasi keuangan yang cukup---dua hal yang sering kali sulit dipertahankan oleh Generasi Sandwich yang setiap bulannya "selalu kurang lima hari dari gaji."
Mimpi Pensiun Itu Sah!